Tebunuhnya para mahasiswa pada tanggal 12 Mei 1988 seakan menjadi
pasokan amunisi bagi gerakan massa untuk menwujudakan pasokan amunisi bagi
gerakan massa untuk mewujudkan reformasi sehingga setelah terbunuhnya para
mahasiswa di berbagi penjuru Indonesia mengorbankan gerakan massa pada harian
barnas edisi 13 Mei 1998 pada halaman 1
“6
MAHASISWA TEWAS Ditembus peluru saat unjukrasa di trisakti. Aksi demonstrasi
mahasiswa di Jakarta, selasa (12/Mei) yang menuntut segara dilakukan informasi
membawa korban .Enam mahasiswa trisakti tertembus peluru. Meraka yang tewas
adalah Mahasiswa fakultas teknik .Elang mulia lesmana,Hartato,Hafidin Royani,
serta mahasiswa fakultas Ekonomi Hendriawan , vero, dan Alan”
Para
korban jiwa mahasiswa tersebut dalam suatu demonstrasi untuk mewujudkan
reformasi. Pembunuhan oleh mahasiswa oleh aparat keamanan menjadi symbol
kebengisan pengesua yang tidak mau mendengarkan aspirasi mahasiswa yang
diwujudkan reformasi Indonesia dan pada saat itu keaadan di ibu kota menjadi
mencekam dan diwarnai oleh amuk masa .
(Nugroho Trisnu
Brata 2006 :88) Beberapa peristiwa perubahan social politik di beberapa
tempat juga berawal dari kasus “ pembunuhan politik”. Lepasnya
propinsi timor-timor dari Indonesia juga dipicu dan memperoleh “pasokan
amunisi untuk meledakan “ tuntutan lepas merdeka menjadi Negara
sendiri, setelah terjadi pembunuhan massa demonstran di kuburan santa
cruz di dili oleh militer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar