Pendekatan Humanistik
Pada pendekatan humanistik berpusat
pada siswa, jadi student centered, dan mengutamakan perkembangan afektif siswa
sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Menurut
Somantrie dalam Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan humanistik prioritasnya
adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan
dan kemampuan anak.
Permasalahan yang perlu disadari
adalah bahwa materi bukanlah tujuan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan
tidak semata-mata diukur dengan lancarnya proses transmisi nilai-nilai (dalam
hal ini materi pelajaran yang terformat dalam kurikulum), melainkan lebih dari
sekadar hal itu. Pendidikan humanistik menganggap materi pendidikan lebih
merupakan sarana, yakni sarana untuk membentuk pematangan humanisasi peserta
didik, jasmani dan ruhani secara gradual.
Jadi dari hal tersebut dapatlah kita
pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari pendidikan itu bukan hanya
pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada pembentukan
perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani. Selanjutnya
siswa hendaknya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan
instruksional. Dan siswa hendaknya turut serta dalam pembuatan, pelaksanaan,
dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa hendaknya diperbolehkan memilih
kegiatan belajar, dan siswa boleh membuktikan hasil belajarnya melalui berbagai
macam karya atau kegiatan.
Pendidikan yang humanistik memandang
manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah
tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan
mengembangkan hidupnya. Sebagai pribadi, manusia juga sebagai makhluk social
yang memilki hak-hak sosial dan harus menunaikan kewajiban-kewajiban sosialnya.
Dalam kurikulum humanistik, guru
diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta
didiknya, untuk perkembangan individu peserta didik itu selanjutnya. Oleh
karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a.
Mendengar pandangan realitas peserta
didik secara komprehensif,
b.
Menghormati individu peserta didik,
dan
c.
Tampil alamiah, otentik, tidak
dibuat-buat.
Tugas guru dalam kurikulum
humanistik adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong peserta didik
untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah
memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan
dari lingkungan. Dari sini jelaslah bahwa pendekatan pengembangan kurikulum
humanistik ini mengaharapkan perkembangan diri siswa sehingga dapat menemukan
kepribadiannya yang hidup ditengah-tengah masyarakat.
Pendekatan pengembangan kurkulum ini
mempunyai beberapa ciri-ciri, yakni:
a.
Tujuan
Tujuan pendidikannya adalah oroses perkembangan
pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi
kepribadiaan, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.
Semuanya itu merupakan bagian dan cita-cita perkembangan manusia yang
teraktualisasi (self actualizing person). Seseorang yang telah mampu
mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan (harmoni)
perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetika, maupun
moral.
b.
Metode
Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan
emosional yang baik antara guru dan siswa. Karenanya, menuntut kemampuan guru
untuk memilih metode pembelajaran yang dapat menciptakan hubungan yang hangat
antara guru dengan murid, antara murid dengan murid, dapat memberikan dorongan
agar saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan
sesuatu yang tidak disenangi oleh peserta didik.
c.
Organisasi Isi
Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman
yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Karenanya peran guru
yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1)
Mendengarkan pandangan realitas
peserta didik secara komprehensif
2)
Menghormati individu peserta didik,
dan
3)
Tampil alamiah, otentik, tidak
dibuat-buat.
4)
Evaluasi
Evaluasi kurikulum humanistik
berbeda dengan evaluasi pada umumnya, yang lebih ditekankan pada hasil akhir
atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih menekankan pada
proses yang dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat
untuk peserta didik masa depan. Kelas yang baik akan menyediakan berbagai
pengalaman untuk mambantu peserta didik menyadari potensi mereka dan orang
lain, serta dapat mengembangkannya.
Pada kurikulum ini, guru diharapkan
mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan mengajar. Guru juga
diharapkan mengamati apa yang sudah dilakukannya, untuk melihat umpan balik
setelah kegiatan belajar dilakukan.
Sebagai suatu hal yang alamiah,
kurikulum humanistik memilki beberapa kelemahan, seperti:
a.
Keterlibatan emosional tidak
selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik
b. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada
kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik
c.
Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan
masyarakat secara keseluruhan, dan
d. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar