Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan ini disebut Rekonstuksi
sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum
dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip
kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak
asasi kaum minoritas, keyakinan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan
kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan.
Pengajaran kurikulum rekonstruksi
sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan
tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada
dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan
biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangna potensi tersebut. Di daerah
pertanian misalnya maka sekolah harus mengembangkan bidang pertanian, sementara
kalau daerah industry maka yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah bidang
industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakatdaerah
tersebut.
Kurikulum rekonstruksi sosial
bertujuan untuk menghadapka peserta didik pada berbagai permasalahan manusia
dan kemanusian. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang
muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh
setiap disiplin ilmu.
Kegiatan yang dilakukan dalam
kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:
a.
Survei kritis terhadap suatu
masyarakat
b.
Studi yang melibatkan hubungan
antara ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau internasional
c.
Studi pengaruh sejarah dan
kencenderungan situasi ekonomi lokal
d.
Uji coba kaitan praktik politik
dengan perekonomian
e.
Berbagai pertimbangan perubahan
politik, dan
f.
Pembatasan kebutuhan masyarakat pada
umumnya.
Dari pemikiran diatas, maka
penyusunan dan pengembangan kurikulum harus bertitik tolak dari problem yang
dihadapi dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial ini selain
menekan pada isi pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan
dari pengalaman belajar. Ini dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial
berasumsi bahwa, manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya
membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan bekerjasama.
Dari pendekatan kurikulum
rekonstruksi sosial ini, nantinya diharapkan peserta didik mempunyai tanggung
jawab dalam masyarakatnya guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan
dalam masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya.
Adapun pendekatan kurikulum
rekonstruksi sosial ini mempunyai ciri-ciri berkenaan dengan:
a.
Tujuan
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah
menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Karena itu, tujuan program pendidikan
setiap tahun berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan
selain bidang studi agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti
ekonomi, sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-lain.
b.
Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum
rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan
nasional dengan tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
guru harus dapat membantu para peserta didik untuk menemukan minat dan
kebutuhannya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pendidikan dalam persoalan-persoalan tersebut di atas dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode antara lain: (1) mengadakan survei kritis
kepada masyarakat; (2) mengadakan studi banding ekonomi lokal dan nasional; (3)
mengevaluasi semua rencana dengan criteria, apakah telah memenuhi kepentingan
sebagian besar orang.
c.
Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial
disusun seperti roda. Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah
yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut dijabarkan
ke dalam sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-latihan,
kunjungan dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kelompok ini merupakan
jari-jari. Semua kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan
sebagai bingkai atau velk.
d.
Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan.
Keterlibatan para peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai
bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan terlebih dahulu diuji
untuk menilai ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk menilai
keampuhannya dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan
keberagaman masyarakat yang sifatnya kualitatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar