Pembangunan Indonesia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi sehingga
menyebabkan ketidakadilan dan kesenjangan sosial. Bahkan, antara pusat dan
daerah terjadi kesenjangan pembangunan karena sebagian besar kekayaan daerah
disedot ke pusat. Akhirnya, muncul rasa tidak puas di berbagai daerah, seperti
di Aceh dan Papua. Di luar Jawa terjadi kecemburuan sosial antara penduduk
lokal dengan pendatang (transmigran) yang memperoleh tunjangan pemerintah.
Penghasilan yang tidak merata semakin memperparah kesenjangan sosial.
Pemerintah mengedepankan pendekatan keamanan dalam bidang sosial dan politik.
Pemerintah melarang kritik dan demonstrasi. Oposisi diharamkan rezim Orde Baru.
Kebebasan pers dibatasi dan diwarnai pemberedelan Koran maupun majalah. Untuk menjaga
keamanan atau mengatasi kelompok separatis, pemerintah memakai kekerasan
bersenjata. Misalnya, program “Penembakan Misterius” (Petrus) atau Daerah
Operasi Militer (DOM). Kelemahan tersebut mencapai puncak
pada tahun1997-1998.
Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Krisis moneter dan keuangan yang semula terjadi di Thailand pada bulan Juli 1997 merembet ke Indonesia. Hal ini diperburuk dengan kemarau terburuk dalam lima puluh tahun terakhir. Dari beberapa negara Asia, Indonesia mengalami krisis paling parah. Solusi yang disarankan IMF justru memperparah krisis. IMF memerintahkan penutupan enam belas bank swasta nasional pada 1 November 1997. Hal ini memicu kebangkrutan bank dan negara.
Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Krisis moneter dan keuangan yang semula terjadi di Thailand pada bulan Juli 1997 merembet ke Indonesia. Hal ini diperburuk dengan kemarau terburuk dalam lima puluh tahun terakhir. Dari beberapa negara Asia, Indonesia mengalami krisis paling parah. Solusi yang disarankan IMF justru memperparah krisis. IMF memerintahkan penutupan enam belas bank swasta nasional pada 1 November 1997. Hal ini memicu kebangkrutan bank dan negara.
Krisis
ekonomi mengakibatkan rakyat menderita. Pengangguran melimpah dan harga
kebutuhan pokok melambung. Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di berbagai
daerah. Daya beli masyarakat menurun. Bahkan, hingga bulan Maret 1998 rupiah
menembus angka Rp 16.000,00 per dolar AS. Masyarakat menukarkan rupiah dengan
dolar. Pemerintah mengeluarkan “Gerakan Cinta Rupiah”, tetapi tidak mampu
memperbaiki keadaan. Krisis moneter tersebut telah berkembang menjadi krisis
multidimensi. Krisis ini ditandai adanya keterpurukan di segala bidang
kehidupan bangsa. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin menurun.
Pemerintah kurang peka dalam menyelesaikan krisis dan kesulitan hidup rakyat.
Kabinet Pembangunan VII yang disusun Soeharto ternyata sebagian besar diisi
oleh kroni dan tidak berdasarkan keahliannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar