Minggu, 11 Desember 2016

Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat dan Matematika

Sejak permulaan sampai sekarang, filsafat dan matematik terus menerus saling mempengaruhi. Filsafat mendorong perkembangan matematik, dan sebaliknya matematik juga memacu pertumbuhan filsafat. Interaksi antara filsafat dan matematik juga membuat adanya padanan dari konsep dan problema pada masing-masing bidang. Terdapat pengertian-pengertian yang sejajar antara kedua bidang ini seperti keabadian-ketakterhinggaan, kebetulan-probabilitas, atau kuantitas-bilangan. Kesejajaran ini menunjukkan adanya persamaan dalam segi-segi tertentu antara filsafat dan matematik, yaitu :
1.      Filsafat dan matematik keduanya merupakan pengetahuan yang rasional.
2.      Filsafat maupun matematik tidak melakukan eksperimen dan tidak memerlukan peralatan laboratorium.
3.      Filsafat dan matematik bergerak pada tingkat generalitas dan abstraksi yang tinggi. Keduanya membahas berbagai ide yang sangat umum
Meskipun filsafat dan matematik memiliki segi-segi persamaan, namun segi perbedaannya juga cukup menonjol. Diantaranya adalah :
1.      Filsafat dan matematik masing-masing menggunakan metode rasional yang berbeda. Filsafat dapat secara bebas menerapkan serangkaian metode rasional yang bermacam-macam, sedangkan matematik hanya bekerja dengan satu metode logis, yaitu deduksi. Perbedaan ini disebabkan perbedaan ruang lingkup bidang yang ditelaah.
2.      Seorang filsuf dapat merenungkan apa saja sepanjang hal itu merupakan bagian dari pengalaman manusia, sedangkan matematik mencurahkan perhatiannya hanya pada segi-segi tertentu dari berbagai hal yang ada.
3.      Penelaahan terhadap objek matematik berlangsung dengan metode deduktif dan kebenaran dari hasil penelaahannya harus senantiasa dapat ditunjukkan dengan serangkaian langkah pembuktian. Dalam filsafat, hal tersebut tidak harus terjadi. Jadi, dalam filsafat tidak terlihat ketegasan dan kepastian seperti halnya dalam matematik.
4.      Dalam bidang matematik orang dengan berpangkal pada aksioma-aksioma yang tidak diragukanatau premis-premis yang dianggap sebagai hipotesa menurunkan kesimpulan-kesimpulan sampai yang jauh sekali. Sebaliknya filsafat tidak berminat terhadap kesimpulan-kesimpulan yang jauh, melainkan terutama bersangkut paut dengan analisa dan penilaian dari premis-premis semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar